Begini Analisis Psikologi Raja Keraton Agung Sejagat (Totok Santoso) Menurut Pakar Psikologi Sosial!

Selasa, 21 Januari 2020 - 08:57:11 WIB / Dibaca: 576 kali


Totok Santoso Hadiningrat yang mengklaim sebagai Raja Keraton Agung Sejagat Purwokerto diduga mengidap waham kebesaran (delusion of grandeur).

Menurut Pakar Psikologi Sosial Dr. M. G. Bagus Ani Putra yang juga merupakan Dosen Magister Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (Untag), waham kebesaran adalah sebuah kondisi dimana seseorang merasa paling mempunyai kekuasaan di atas semua kekuasaan yang lain tanpa adanya bukti yang logis dan otentik.

Gangguan mental ini menyebabkan seseorang merasa paling penting, paling hebat, paling berkuasa, paling terkenal dan paling mempunyai kekuatan namun tanpa bukti.  Orang dengan gangguan mental ini mempunyai gangguan kesadaran akan realita dan fantasinya.

Ciri-ciri orang ini di antaranya:

  1. Sangat yakin terhadap dirinya meski bertentangan dengan kenyataan dan norma social
  2. Sangat percaya dengan delusinya dan tidak mampu melihat dari perspektif lainnya
  3. Pembicaraan yang diluar nalar dan tanpa bukti karena hanya mengandalkan keyakinan pribadinya
  4. Delusinya terwujud dalam kehidupan sehari-harinya dan menuntut orang lain mempunyai perspektif yang sama dengan delusinya

Lalu, bagaimana kondisi pengikut keraton Agung Sejagat?

Dosen yang akrab disapa Pak Bagus ini mengatakan bahwa mereka bisa taat kepada sang raja karena beberapa hal. Pertama, adanya Materialistic Value Oriented (MVO) pada masyarakat kini menyebabkan materi sebagai suatu ukuran dan akibatnya masyarakat mudah diimingi-imingi oleh materi (gaji yang sangat besar per bulan, status sebagai kerabat ‘kerajaan’ dan anggota parlemen ‘kerajaan’).

"Apalagi masyarakat yang bergabung dengan KAS ini kebanyakan mempunyai kesulitan finansial, seperti terlilit hutang sehingga mereka sangat menerima ketika dijanjikan mendapatkan gaji/pendapatan yang besar hanya dengan membayar iuran anggota dan uang seragam. Kesulitan finansial inilah yang disebut sebagai kelemahan dari pengikut sehingga cenderung patuh kepada ‘pemimpin’ mereka," terang beliau.

Alasan kedua, adanya orientasi materialistis dan kesulitan finansial ini menyebabkan seseorang tidak bisa berfikir logis/rasional (Mindlessness Condition), sehingga cenderung mengandalkan emosional ketika mendapatkan iming-iming pendapatan yang besar dan status yang luar biasa.

"Maka orang ini mudah untuk diajak mengikuti delusi orang yang mengalami waham kebesaran," terang Bagus yang juga Lean Manager PT. Sekar Laut, Tbk.

Selain itu, Totok sebagai raja juga mempunyai taktik untuk mempengaruhi pengikutnya, yaitu ia menggunakan Peripheral Route Persuasion, yaitu strategi mempersuasi orang lain yang menekankan bukan pada isi pesannya namun hal-hal yang membungkus pesan tersebut, misalnya dengan simbol-simbol kebesaran, pakaian dan seragam kerajaan. Hal ini membuat pengikutnya tidak akan memperhatikan isi dari persuasi, misalnya pengikut tidak akan memperhatikan sejarah, asal-usul kerajaan, tujuan dibentuknya kerajaan dan lain sebagainya.

Para pengikut akan lebih tertarik dan memperhatikan simbol-simbol kekuasaan, seperti panji-panji, baju kebesaran raja, kuda tunggangan raja, tandu, seragam kerajaan dan lain sebagainya. Dengan demikian, ‘Sang Raja” mudah memberikan persuasi kepada pengikutnya ketika masih menggunakan simbol-simbol kekuasaan tersebut sehingga ia mendapatkan kredibilitas di depan pengikutnya. Hal ini dapat dibuktikan saat ‘Sang Raja’ tidak mengenakan baju kebesarannya maka dipastikan ia tidak akan mendapatkan perhatian dan kepatuhan dari pengikutnya.

Berdasarkan analisa psikologis, Bagus berharap pemerintah menutup kegiatan-kegiatan organisasi yang tidak berijin dan membuat keresahan masyarakat. Sedangkan saran untuk masyarakat agar tidak mudah terbujuk oleh kegiatan yang berpotensi merugikan adalah:

  1. Kedepankan fikiran yang rasional dengan memperhatikan bukti logis suatu fenomena. Misalnya dengan adanya KAS ini maka masyarakat perlu mempertanyakan bukti historis yang otentik terbentuknya ‘kerajaan’ ini.
  2. Perhatikan isi pesan dan bukan simbol-simbol perantara kredibilitas orang yang membawa pesan. Misalnya memperhatikan tujuan didirikannya ‘kerajaan’ ini dan dari mana sumber dananya ketika ia menjanjikan penghasilan yang besar bagi pengikutnya. Karena simbol-simbol biasanya digunakan sebagai pengecoh agar apapun isi pesannya dianggap benar oleh pengikutnya. Seperti diketahui, nama Totok Santoso Hadiningrat mendadak ramai dibicarakan setelah mengklaim sebagai raja Keraton Agung Sejagat di Purworejo.

Totok Santoso Hadiningrat pun akhirnya ditangkap Polda Jawa Tengah karena aktivitasnya dianggap meresahkan masyarakat. Kepada pengikutnya, Totok Santoso Hadiningrat mengklaim dirinya mampu menggaji pengikutnya 100 dollar setiap bulan. Totok sendiri mengklaim dirinya memiliki pengikut sebanyak 425 orang yang siap melakukan kirab keliling kampung.

Melalui organisasi Jogja Development Comiittee (Jogja DEC), Totok menjanjikan akan membagikan uang sebesar 100 hingga 200 dollar AS per bulan kepada setiap anggotanya. Uang tersebut diklaim berasal dari sebuah bank di Swiss yang menyimpan Esa Monetary Fund. Sebuah dana, yang disebut Totok, akan dibagikan kepada warga untuk memberi kesejahteraan kepada warga Indonesia.

Sebuah berita pada 2016 menyebut banyak anggota Jogja DEC memilih mundur karena janji pembagian uang tersebut tak pernah terwujud. Menurut unggahan akun instagram pribadi Totok Santoso Hadiningrat, Totok pernah mengunggah sebuah foto yang seperti memprediksi akan terjadi Perang Dunia III di tahun 2020. Hal itu terlihat dari tulisan yang tertera di unggahan fotonya, yaitu "The road to World War III".

Di tahun 2016 juga, melalui Instagramnya, Totok menyandingkan foto dirinya dengan sosok Doughlas McArthur. Terdapat tulisan dalam foto tersebut yang menyampaikan bahwa Totok mengemban tugas yang sama dengan Doughlas McArthur yaitu menghentikan perang dunia. Menurutnya, dirinya dengan Doughlas McArthur hanya berbeda era saja. Namun, dalam tulisan yang tertera di foto, ia menyatakan tidak akan mengambil langkah yang sama dengan Doughlas McArthur. Jika Doughlas McArthur menghentikan perang dunia dengan menggunakan bom atom atau cara genosida, ia akan memilih untuk berjuang menghentikan perang dengan membangun kemanusiaan.

Totok juga menegaskan dalam unggahannya, bahwa Perang Dunia III semestinya tidak terjadi karena perang hanya akan membawa kehancuran dan kesengsaraan umat manusia. "If World War I and World War II had occured then World War III does not have to happen because the war only bring disaster and destruction as well as misery for the inhabitants of the earth," begitu bunyi tulisan dalam foto yang diunggah Totok.

Tak main-main, Totok bahkan mengklaim kerajaannya sudah memiliki persenjataan modern lansiran negara Eropa. Tak hanya itu, United Nations (UN) dan Pentagon bahkan diklaim menjadi milik Dewan Keamanan Keraton Agung Sejagat. Namun belum sempat menunaikkan misinya, Totok Santoso Hadiningrat sudah terlebih dahulu dibekuk kepolisian

Ia dan permaisurinya diamankan Polres Purworejo pada Selasa (14/1/2020) sore karena dianggap meresahkan masyarakat. Mereka ditangkap saat dalam perjalanan menuju ke Keraton Agung Sejagat di Desa Pogung, Jurutengah, Kecamatan Bayan, Kabupten Purworejo, Jawa Tengah. Dandim 07/08 Purworejo Letkol Muchlis Gasim membenarkan peristiwa penangkapan itu. "Memang benar raja dan istri Keraton Agung Sejagat sudah diamankan di Polres," ujar Gasim seperti dilansir dari Tribun Jateng.

Saat ini keduanya dibawa ke Mapolres Purworejo untuk dimintai keterangan.

Sumber : Surya.co.id (Rabu, 15 Januari 2020 15:22)